
PR GARUT - Curug Lawe di Kabupaten Semarang bukan hanya menawarkan panorama alam yang sejuk dan menyegarkan, tetapi juga menyimpan kisah legenda yang menggetarkan hati. Terletak di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, air terjun ini dikenal luas karena mitos cinta segitiga yang mewarnai asal-usulnya.
Berada di kawasan lereng barat Gunung Ungaran, Curug Lawe bisa menjadi alternatif destinasi wisata alam yang nyaman, tenang, dan cocok untuk aktivitas trekking ringan.
Menariknya, dalam satu kawasan, wisatawan juga bisa mengunjungi Curug Benowo yang letaknya tak berjauhan. Oleh karena itu, kawasan ini dikenal dengan sebutan CLBK, singkatan dari Curug Lawe Benowo Kalisidi.
Legenda Curug Lawe: Antara Cinta, Kesetiaan, dan Kutukan
Menurut cerita rakyat setempat, Curug Lawe dan Curug Benowo berasal dari kisah cinta segitiga antara Pangeran Indrakila, Dewi Banowati, dan Rangga Lawe. Pangeran Indrakila, yang dikutuk menjadi manusia kera karena kedurhakaannya terhadap orang tua, akhirnya bisa kembali ke wujud manusia setelah menikahi Dewi Banowati.
Namun kebahagiaan mereka terusik oleh kenyataan pahit: bertahun-tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai keturunan. Demi mendapatkan keturunan, Pangeran Indrakila pergi jauh mencari obat sesuai petunjuk seorang tabib sakti. Sayangnya, perjalanannya memakan waktu sangat lama, hingga Dewi Banowati mengira sang suami telah tiada.
Dalam kesendirian, datanglah Rangga Lawe, seorang pemuda yang berhasil meluluhkan hati Dewi Banowati. Mereka pun menikah. Namun suatu hari, Pangeran Indrakila kembali dengan membawa obat. Mengetahui sang istri telah menikah lagi, kemarahan tak terbendung. Dalam amarah dan kecewa, Pangeran Indrakila mengutuk Dewi Banowati dan Rangga Lawe menjadi batu.
Konon, air mata keduanya yang terus-menerus mengalir itulah yang membentuk Curug Benowo dan Curug Lawe. Dewi Banowati menjadi Curug Benowo, sementara Rangga Lawe menjadi Curug Lawe. Mitos ini terus hidup dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang.
Pesona Alam Curug Lawe
Curug Lawe memiliki tinggi sekitar 30 meter. Air terjunnya unik, tidak mengucur deras dari satu titik, melainkan menyebar seperti benang-benang halus yang jatuh dari dinding batu, menyerupai tirai air. Nama “Lawe” sendiri dalam bahasa Jawa berarti benang, sesuai dengan bentuk aliran airnya.
Di sekitar lokasi, pengunjung akan disuguhkan panorama tebing batu, hutan tropis yang rindang, dan udara pegunungan yang segar. Tak heran, lokasi ini menjadi favorit bagi pencinta trekking dan fotografi alam.
Rute dan Akses Menuju Lokasi
Curug Lawe berjarak sekitar 12 km dari pusat Kota Semarang, dan 7 km dari Alun-Alun Ungaran. Pengunjung bisa mengambil rute menuju Mapangan ke arah Boja. Dari persimpangan Boja, ambil jalur kiri ke Desa Sumur Gunung dan lanjutkan ke perkebunan teh Zanzibar hingga sampai di Desa Muncar.
Trekking menuju curug dimulai dari jalanan cor di tengah kebun cengkeh, lalu melewati jembatan merah, dan dilanjutkan dengan jalur hutan yang semakin menantang. Estimasi waktu perjalanan kaki sekitar 1,5 hingga 2 jam, tergantung kondisi fisik masing-masing.***
0 Comments
Posting Komentar